Marine Science

Posted on: June 2, 2010

KELOMPOK :
Enjang Hernandi H 230210080068
jimmy khalter 230210080049
Reza M. Azhar 230210080007
Alfian Nurrachman 230210080071
Andy Catur Noviyanto 230210070052
Gusti Septiandina 230210080002


SEJARAH BUDIDAYA LAUT
Awal budidaya laut atau marikultur di Indonesia ditandai dengan adanya keberhasilan budidaya mutiara oleh perusahaan Jepang pada tahun 1928 di Buton- Sulawesi Tenggara. Selanjutnya, awal tahun 1970-an dilakukan percobaan dan pengembangan budidaya rumput laut (Euchema sp.) di Pulau Samaringa-Sulawesi Tengah, dengan adanya kerjasama antara Lembaga Penelitian Perikanan Laut dan perusaan Denmark. Sementara itu, awal tahun 1980-an banyak pengusaha ekspor ikan kerapu hidup di Kepulauan Riau membuat karamba jaring tancap serta karamba jaring apung sebagai tempat penampungan ikan kerapu hidup hasil tangkapan sebelum di ekspor ke Singapura dan Hongkong. Adapun perkembangan budidaya laut khususnya dalam karamba jaring apung (KJA) dipicu oleh keberhasilan pembenihan ikan bandeng dan ikan kerapu di hatchery secara massal pada tahun 1990-an di Loka Penelitian Budidaya Pantai di Gondol Bali.
Mengapa?
Banyak sekali tujuan yang menjadi target pencapaian dalam pelaksanaan budidaya laut, diantaranya adalah:
1. Efektif dan efisien
2. Menghasilkan komoditas yang lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Dengan adanya metode budidaya yang sesuai terhadap suatu jenis komoditas laut, diharapkan bisa merubah komoditas tersebut baik dari segi kualitas maupun kuantitas jika dibandingkan dengan komoditas lain yang sama yang hidup bebas di alam
3. Potensi
4. Memberdayakan masyarakat
5. Menjaga kelestarian ekosistem di alam

PRINSIP DASAR BUDIDAYA LAUT
Kegiatan budidaya laut pada dasarnya sama dengan budidaya perikanan darat. Budidaya laut merupakan kegiatan yang baru di dunia perikanan. Beberapa alasan budidaya laut bisa berkembang, diantaranya sumber day aikan yang ditangkap sudah menurun sehingga nelayan beralih ke budidaya, budidaya perikanan di darat banyak menglami hambatan dan harga atau nilai jual komoditas budidaya laut relatif lebih tinggi dibanding dengan budidaya air tawar.

A. Pemilihan Jenis Komoditas
Ada bebereapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan pilihan b iota laut yang akan dibudidayakan, diantaranya aspek permintaan pasar, pasok benih, sediaan teknologi budidaya, sediaan lahan, dan kemungkinan timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan. Pertimbangan untuk memilih komodit as laut yang akan dibudidayakan :
1. Sebaikknya mengembangkan spesies asli/ lokal daripada introduksi atau impor.
2. Memilih spesies yang sesuai dengan permintaan pasar.
3. Diversifikasi spesies budidaya diprioritaskan pada ikan pemakan plankton dan ikan herbivora. Jumlahnya lebih banyak daripada ikan karnivora.
4. Jenis ikan pelagis lebih mudah dibudidayakan dilihat dari penerapan teknologinya dibandingkan dengan ikan demersal.
5. Ikan yang tidak hanya bisa bernafas dengan insang atau ikan yang mempunyai labirin lebih mudah pemeliharaan dan tidak memerlukan mutu air yang baik.
6. Ikan yang teknologi pembenihannya sudah maju sehingga pasokan benih baik jumlah dan kualitasnya tersedia setiap saat.
7. Seluruh siklus hidup ikan budidaya harus dapat dikontrol dan teknologinya sudah dikuasai.

Banyak jenis biota laut yang sudah biasa dibudidayakan, seperti jenis ikan, krustasea, moluska, echinodermata, dan rumput laut. Ikan yang sudah biasa dibudidayakan adalah :
1. Kerapu bebek
2. Kerapu macan
3. Kerapu lumpur
4. Kakap merah
5. Baronang
6. Nila merah
7. Bandeng
8. Cobia
9. Kerapu sunu
10. Dan lain-lain
Jenis udang yang biasa dibudidayakan antara lain :
1. Udang windu
2. Udang barong
Sedangkan jenis-jenis moluska yang senantiasa dibudidayakan antara lain :
1. Tiram daging
2. Tiram mutiara
3. Kerang hijau
4. Kerang darah
5. Kerang abalon
6. Tiram mabe
7. Dan lain-lain

B. Pemilihan Lokasi
Sebagai langkah awal budidaya laut adalah pemilihan lokasi budidaya yang tepat. Oleh karena itu, pemilihan dan penentuan lokasi budidaya harus didasarkan pertimbangan ekologis, teknis, higienis, sosio-ekonomis, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemilihan lokasi sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan gabungan beberapa faktor yang dikaji secara menyeluruh.
1. Persyaratan teknis
Sesuai dengan sifatnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan, lingkungan bagi kegiatan budidaya laut dalam keramba jaring apung sangat menentukan keberhasilan usaha. Pemilihan lokasi yang baik harus memperhatikan aspek fisika, biologi, dan kimia perairan yang cocok untuk biota laut. Selain itu, pemilihan lokasi perlu juga mempertimbangkan aspek efisiensi biaya operasional budidaya.
2. Persyaratan sosial-ekonomi
Berikut beberapa aspek sosio ekonomi yang perlu mendapat perhatian dalam pemilihan dan penentuan lokasi.
a) Keterjangkauan lokasi. Lokasi budidaya yang dipilih sebaiknya adalah lokasi yang mudah dijangkau.
b) Tenaga kerja. Tenaga kerja sebaiknya dipilih yang memiliki tempat tinggal berdekatan dengan lokasi budidaya, terutama pemberdayaan masyarakat dan nelayan.
c) Sarana dan pra sarana. Lokasi budidaya sebaiknya berdekatan dengan sarana dan prasarana perhubungan ynag memadai untuk mempermudah pengangkutan bahan, benih, hasil dan lain-lain.
d) Kondisi masyarakat. Kondisi masyarakat yang lebih kondusif akan memungkinkan perkembangan usaha budidaya laut di daerah tersebut.
3. Persyaratan non-teknis
Persyaratan non-teknis yang harus dipenuhi dalam pemilihan lokasi adalah :
a) Keterlindungan. Lokasi budidaya harus terlindung dari bahaya fisik yang dapat merusaknya. Misalnya gelombang besar dan angin. Oleh karena itu, lokasi budidaya biasanya dipilih di tempat yang terlindung atau terhalang oleh pulau.
b) Keamanan lokasi. Masalah pencurian harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya agar proses budidaya aman dan tidak terganggu.
c) Konflik kepentingan. Lokasi budidaya tidak boleh menimbulkan konflik kepentingan, misalnya, antara kegiatan perikanan dan nonperikanan (pariwisata).
d) Aspek peraturan dan perundang-undangan. Pemilihan lokasi harus sesuai dan tidak melanggar peraturan agar budidaya dapat berkelanjutan.

C. Teknis Budidaya
Berbeda dengan budidaya air tawar, komoditas budidaya laut cukup banyak. Selain itu, metode atau teknologi budidaya laut lebih beragam, mulai dari pemanfaatan lahan dasar, penggunaan jaring atau rak tancap ( pen Culture ), Keramba Jaring apung.
a) Jaring Tancap
Jaring tancap ( pen Culture ) biasanya dipasang di bawah ( kolong ) rumah nelayan di pinggir pantai atau dipasang di tengah laut pada kedalaman 2-8 meter waktu surut terendah. Jaring tancap merupakan jaring kantong berbentuk persegi yang dipasang pada kerangka bambu atau kayu yang ditancap pada dasar perairan. Pasangan kayu / bambu ditancap rapat, seperti pagar, atau hanya dipasang di bagian sudut kantong jaring. Jaring sebagai lapisan dalam diikatkan pada kayu.
b) Keramba jaring apung
Keramba Jaring Apung ( KJA ) dapat dibuat dalam berbagai ukuran. Desain dan bahan tergantung pada kemudahan penanganan, daya tahan bahan baku,harga, dan faktor lainnya. Jaring atau wadah untuk pemeliharaan ikan di laut dibuat dari bahan polietilen. Bentuk dan ukuran bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan, serta faktor kemudahan dalam pengelolaan.

BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Rumput laut merupakan sumber utama penghasil agar-agar, alginat dan karaginan yang banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, kosmetik, farmasi dan industri lainnya, seperti industri kertas, tekstil, fotografi, pasta dan pengelengan ikan.
Beberapa jenis rumput laut yang telah berhasil di budidayakan dan telah berkembang dengan baik di tingkat pembudidaya adalah Kappaphycus alvarezii dan euchema denticulatum yang di pelihara di perairan pantai (laut).

A. Pemilihan lokasi budidaya
Pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh kondisi perairan sehingga kondisi rumput laut cenderung bervariasi dari lokasi budidaya yang berbeda.
Karakteristik ekologi suatu lokasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha rumput laut. Parameter yang perku di oerhatikan adalah sebagai berikut:
1. Arus
Rumput laut merupakan tanaman yang memperoleh makanan (unsur hara) melalui aliran air yg melewatinya. Kecepatan arus yang baik untuk budidaya adalah 20-40 cm/detik.
2. Dasar Perairan
Dasar perairan berupa pecahan karang dan pasir karang merupakan kondisi dasar perairan yang sesuai dengan budidaya rumput laut.
3. Kedalaman
Kealaman perairan sangat tergantung dengan metode budidaya yang akan di pilih. Pemilihan kedalaman perairan yang tepat dilakukan untuk manghindari kekeringan dan mengoptimalkan pencapaian sinar matahari ke rumput laut.
4. Kadar Garam
Kadar garam yang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara 28-35 g/Kg
5. Kecerahan
Lokasi budidaya rumput laut sebaiknya pada perairan yang jernih dengen tingkat kecerahan yang tinggi.
6. Ketersediaan bibit
Bibit rumput laut yang berkualitas sebaiknya tersedia di sekitar lokasi budidaya yang di pilih, baik yang bersumber dari alam maupun dari budidaya sendiri.
7. Orgaisme Pengganggu
Lokasi budidaya diusahakan pada lokasi yang tidak banyak terdapat organisme pengganggu, seperti ikan baronang, bintang laut, bulu babi, dan penyu.

B. Metode Budidaya
1. Metode Lepas Dasar
Metode ini dilakukan di atas dasar perairan yang berpasir atau pasir berlumpur dan tyerlindung dari hempasan gelombang yang besar. Hal ini penting untuk memudahkan pamasagan patok . biasanya lokasi dikelilingi oleh karang pemecah gelombang. Selain itu, sebaiknya memiliki kedalaman air sekitar 50cm pd surut terendah dan 3m pada saat pasang tertinggi.
2. Metode Rakit Apung
Merupakan budidaya rumput laut dengan cara mengikat rumput laut pada tali ris. Yang diikat pada rakit apung yang terbuat dari bambu. Satu unit rakit apung berukuran 2,5 m – 5 m. Tanaman harus selalu berada sekitar 30-50 cm dibawah permukaan air laut.
3. Metode Rawai
Metode ini dikenal dengan metode long line yang menggunakan tali panjang yang di bentangkan. Metode ini merupakan salah satu metode permukaan yang paling banyak di minati pembudidaya. Alat dan bahan yang digunakan dalam metode ini lebih tahan lama, relatif murah, dan mudah diperoleh.
4. Metode Jalur
Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dengan rawai. Kerangka metode ini ternuat dari rakit (bambu) yang tersusun sejajar. Kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan tali utama berdiameter 6mm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5m – 7m per petak dengan satu unit terdiri dari 7-10 petak.
Pada kedua ujung setiap unit di beri jangkar penanaman dimulai dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur. Tali tersebut telah di lengkapi dengan tali polietilen berdiameter 0,2c sebagai pengikat bibit. Adapun jaraknya sekotar 25cm.

C. Pengolahan budidaya
1. Penyediaan bibit
Penyediaan bibit rumput laut diambil dari alam, budidaya, dan pembenihan. Budidaya rumput laut dapat mengambbil benih dari alam bila lokasi budidaya tersebut memiliki potensi bibit alam.
2. Penanganan bibit selama pengangkutan
Pengangkutan bibit selama pengangkutan dari tempat asal ke lokasi budidaya dilakukan sebagai berikut :
• Bibit harus dijaga agar tetap lembab
• Usahakan agar tidak terkena air tawar, hujan, embun, mminyak, dan kotoran lainnya karena akan merusak bibit.
• Bibit tidak boleh terkena sinar matahri
• Bibit diletakkan pada daerah yang jahu dari sumber panas, seperti mesin mobil atau perahu.
3. Penanaman bibit
Bibit yang akan ditanam dipilih yang berkualitas. Kepadatan penanaman bibit rumput laut tergantung dari jenis dan metode budidaya yang akan digunakan. Untuk budidaya Euchema sp. Bobot bibit yang digunakan sekitar 50-100 ggr per ikatan dengan jarak tidak kurang dari 25 cm.
4. Perawatan tanaman
Agar budidaya dapat dilakukan dengan baik dan berhasil maka harus dilakukan perawatan dan pemeliharaan. Perawatan bukan hanya pada tanaman itu sendiri tetapi juga pada alat-alat dan perangkat budidaya. Oleh karena itu, pengelola rumput laut sangat diperlukan untuk memperkecil kemungkinan kerusakan tanaman.
Kegiatan perawatan meliputi pembersihan lumpur, kotoran, dan biofouling yang menempel pada thallus rumput laut; penyisipan tanaman yang rusak atau lepas dari ikatan; penggantian patok, pelampung dan lain-lain.

D. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama tanaman pada budidaya rumput laut umumnya merupakan organisme laut, terutama ikan baronang dan penyu yang memangsa tanaman. Secara alami, organisme tersebut hidup dengan rumput laut sebagai makanan utamanya. Hama tersebut dapat menimbulkan kerusakan fisik pada tanaman budidaya.
Penyakit ice-ice merupakan kendala utama budidaya rumput laut. Gejala ini dikenal juga dengan nama white spot. Rumput laut yang terserang penyakit itu antara lain pertumbuhan yang lambat, terjadinya perubahan warna thallus menjadi pucat atau warna tidak cerah, dan sebagian atau seluruh thallus pada beberapa cabang mengalami keputihan serta membusuk. Penyakit tersebut terutama disebabkan oleh perubahan lingkungan, seperti arus, suhu, dan kecerahan. Kecerahan air yang sangat tinggi dan rendahnya kelarutan unsur hara nitrat dalam perairan juga merupakan penyebab munculnya penyakit tersebut.

E. Panen
Waktu panen sangat ditentukan oleh waktu tanaman dalam mencapai tingkat kandungan bahan utama maksimal. Dengan demikian panen rumput laut sebaiknya dilakukan setelah mencapai pemeliharaan selama 45 hari. Namun, panen untuk rumput laut untuk bibit dilakukan pada saat umur tanaman berkisar 25-35 hari.
Panen dilakukan pada cuaca yang cerah agar kualitas rumput laut yang dihasilkan terjamin. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ; panen selektif atau parsial dan secara keseluruhan. Panen secara selektif dilakukan dengan cara memotong tanaman secara langsung tanpa melepas ikatan dari tali ris. Keuntungan cara ini adalah penghematan tali rafia pengikat rumput laut, tetapi memerlukan waktu yang agak lama. Sementara itu panen kaseluruhan dilakukan dengan mengangkut seluruh tanaman sekaligus sehingga waktu kerja yang diperlukan lebih singkat.
Panen rumput laut secara keseluruhan pada metode lepas dasar, rakit apung, rawai, dan jalur dilakukan dengan cara berikut :
• Rumput laut dibersihkan dari kotoran atau tanaman lain yang melekat sebelum dipanen.
• Tali ris yang penuh dengan ikatan rumput laut dilepaskan dari bambu atau tali utama.
• Gulungan dari tali ris yang berisi ikatan rumput laut diletakan di sampan atau wadah transportasi lainnya.

Posted on: April 14, 2010

RESUME MATERI EKOLOGI LAUT TROPIS

Ekologi berasal dari bahasa yunani yaitu oikos=rumah dan logos=ilmu. Yang berarti ekologi itu adalah ilmu yang mempelajari interaksi antar sesama mahkluk hidup dan mahkluk hidup dengan lingkungannya. Sedangkan ekologi bahari merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk yang hidup di dalam/di sekitar daerah perairan dengan lingkungan perairan yang ditinggalinya, yang mana juga dipelajari bagaimana cara untuk mencapai keseimbangan antara keduanya.
Ekologi ini sangat berhubungan erat dengan beberapa faktor, yaitu:
• habitat: tempat berkumpulnya mahkluk hidup dalam suatu ekosistem.
• relung: merupakan kegiatan yang dilakukan mahkluk hidup didalam suatu habitatnya.
• adaptasi: penyesuaian mahkluk hidup terhadap lingkunganny yang senan tiasa berubah. Adaptasi di bedakan menjadi adaptasi fisiologis, morfologis, kultural.
• evolusi: peroses perubahan pada mahkluk hidup baik berupa jenis ataupun sifatnya dan itu memerlukan waktu yang lama.
• konsep relung atau (niche) : sama seperti relung yaitu kegiatan atau peranan suatu mahkluk hidup terhadap suatu komunitasya. Konsep ini dikembangkan oleh charles elton (1927)
• suksesiprimer: dimana suatu mahkluk hidup mulai menempati wilayah baru yang belum ada kehidupannya. Sedangkan sekunder terjadi pada saat komunitas yg ada mulai mengalami masalah yang besar. Seperti kebakanran hutan.
• Faktor pembatas: merupakan faktor-faktor yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan mahkluk hidup itu sendiri. Contohnya faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang berperan sebagai sifat toleransi faktor pembatas minimum dan faktor pembatas maksimum, pertama kali dinyatakan oleh V.E. Shelford. Kemudian dikenal dengan “hukum toleransi Shelford”.

siklus biogeokimia merupakan suatu siklus senyawa kimia yang mengalir dari komponen biotik dan abiotik dan kemudian kembali lagi ke kompenen biotik. komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksireaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.

Siklus-siklus tersebut antara lain: siklus air, siklus oksigen, siklus karbon, siklus nitrogen, dan siklus fosfor.

SIKLUS NITROGEN

Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir.

Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03- )

SIKLUS FOSFOR

Di Alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawafosfat organik(pada tumbuhandan hewan)dan senyawa fosfata norganik (padaairdantanah).

Fosfat organik dari hewan dantumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut diairtanah ata Ada beberapa cara nutrien masuk kedalam ekosistem maupun keluar dari ekosistem tersebut. Nutrien akan masuk kedalam ekosistem dengan cara wethering, atmospheric input, biological nitrogen fixation dan immigration. Sedangkan untuk keluar dari ekosistem nutrien jg mempunyai beberapa cara, yaitu dengan cara erosion, leaching, instrusi, gasseous losses (pembuanganny berupa gas), amigration dan harvesting.

SIKLUS CARBON DAN OKSIGEN

Di atmosfer terdapat kandungan CO2 sebanyak 0.03%. Sumber-sumber CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik. Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi.

konsep pengelolaan wilayah pesisir dan lautan di indonesia ini sangat banyak sekali, tetapi dari kebanyakan konsep yang telah di buat, terdapat satu konsep yang paling di prioritskan yaitu kosep integrated coastal zone management,  yang  isinya   berbunyi “pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat dikawasan pesisir dengan cara melakukan penilaian secara menyeluruh (comprehensive assessment)”
Potensi Sumber daya Alam di indonesia khususnya di daerah pesisir dan laut sangat lah besar, apalagi indonesia ini dikenal sebagai negara kepulauan, sekitar 17.000 pulau terdapat di indonesia. Salah satu contoh sumberdaya alamnya yaitu terumbu karang, perlu diketahui Luas terumbu karang di indonesia mencapai 60.000 km², namun dari keseluruhan itu hanya 6,2% saja yang kondisinya baik, sisanya dalam kondisi sedang dan banyak juga yang rusak, hal tersebut dikarenakan oloeh aktivitas manusia juga di daratan. Padahal terumbu karang ini mempunyai banyak sekali manfaatnya yaitu berperan penting bagi pertumbuhan sumberdaya perikanan, mencegah terjadinya pengikisan pantai , bisa juga sebgai daya tarik wisata bahari, secara global terumbu karang juga berfungsi sebagai pengendapan kalsium yang mengalir dari sungai ke laut.

Pada terumbu karang ini terdapat banyak sekali ancaman yang dapat menyebabkan terumbukarang itu rusak, yaitu: pencemaranm minyak dan industri, sedimentasi akibat erosi, penebangan hutan, pengerukan dan penambangan karang, peningkatan suhu permukaan laut, buangan limbah panas dari pembangkit tenaga listrik dll.
Selain terumbu karang ada juga lamun. Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidupnya tenggelam di dalam laut. Padang lamun ini juga merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik yang tinggi. Fungsi ekologi yang penting dari padang lamun ini yaitu sebagai feeding ground, spawning ground, nursery ground untuk beberapa jenis hewan yg hidup disana. Sedang kan untuk fungsi ekonomi yaitu sebagai penghasil kayu untuk bahan bangunan, kayu bakar, bahan baku arang, obat-obatan, tanin, energi/biofuel dan terakhir sebagai pariwisata. Banyak sekali ancaman untuk padang lamun itu sendiri salah satunya adalah pengerukan dan pengurungan dari aktivitas pembangunan (pemukiman pinggir laut, lahan tambah,pertanian, pelabuhan, industyri dan saluran navigasi, pencemaran limbah industri, dan pembuangan sampah organik.

Oleh karena itu kita sebagai manusia yang peduli akan kelestarian laut terutama di indonesia, wajib untuk menjaganya dari beberapa ancaman di atas. Menurut kepmen LH no.200 tahun 2004 kondisi lamun yang baik itu hanya tinggal 60% dan sisanya dalam kondisi rusak. Untuk mengukur apakah lamun itu rusak atau tidak yaitu dengan metode transek garis atau line intercept transect (LIT) dan petak contoh (transek plot).

Penulis :
IRMAN EKA SEPTIARUSLI                230210080046
ALFIAN NURRACHMAN                      230210080071

Pendahuluan

Mangrove sebagai salah satu komponen ekosistem pesisir memegang peranan yang cukup penting, baik di dalam memelihara produktivitas perairan pesisir maupun di dalam menunjang kehidupan penduduk di wilayah tersebut. Bagi wilayah pesisir, keberadaan hutan mangrove, terutama sebagai jalur hijau di sepanjang pantai/muara sungai sangatlah penting untuik suplai kayu bakar, nener/ikan dan udang serta mempertahankan kualitas ekosistem pertanian, perikanan dan permukiman yang berada di belakangnya dari gangguan abrasi, instrusi dan angin laut yang kencang.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.508 buah pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km (Soegiarto, 1984). Sebagian daerah tersebut ditumbuhi hutan mangrove dengan lebar beberapa meter sampai beberapa kilometer. Berdasarkan luasnya kawasan, hutan mangrove Indonesia merupakan hutan mangrove terluas di dunia (FAO, 1982). Namun demikian, kondisi mangrove Indonesia baik secara kualitatif dan kuantitatif terus menurun dari tahun ke tahun. Kusmana (1995) melaporkan bahwa pada tahun 1982, hutan mangrove di Indonesia tercatat seluas 4,25 juta ha sedangkan pada tahun 1993 menjadi 3,7 juta ha, dimana sekitar 1,3 juta ha sudah disewakan kepada 14 perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH).

Pada periode 1982‐1993, terjadi penurunan luasan mangrove dari 5,21 juta menjadi 2,5juta ha dan terjadi hampir merata di seluruh wilayah pesisir. Read the rest of this entry »

Assalamualaikum.wr.wb

Indonesia sebagai negara maritim memiliki luas wilayah lautan yang sangat luas sekali yaitu sekitar 5,8 km² dan mempunyai garis pantai yang luas pula sekitar 81.000 km. Dari kenyataan tersebut kita dapat simpulkan bahwa begitu melimpahnya sumber daya alam khususnya yang berasal dari wilayah laut indonesia ini potensi perikanan yang terdapat di indonesia ini mencapai angka sekitar 6,4 juta ton ikan pertahun dan  untuk perairan umumnya yaitu sekitar 4,95juta ton pertahun, sedangkan potensi lahan budidaya tam bak sekitar 1,2 juta ha, untuk potensi lahan budidaya laut sebesar 8,4 juta ha, dan untuk potensi lahan budidaya air tawar sebesar 2,2 juta ha. Dari data yang di dapat tersebut para nelayan atau instansi yang berkaitan dengan hal tersebut blm bisa memaksimalkan semua  potensi perikanan yang ada di wilayah perairan  indonesia tersebut. Menurut mentri kelautan dan perikanan yang disampaikan pada bulan maret 2009 bahwa produksi perikanan tangkap di Indonesia  pada tahun 2007 sebanyak 5,04 juta ton per tahun dan pada tahun 2008 meningkat sebanyak  2,78% yaitu menjadi 5,18 juta ton per  tahun. Sedangkan untuk perikanan tangkap pada tahun 2007 sebanyak 3,2 juta ton per tahun, untuk tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 10,66% menjadi sebanyak 3,53 juta ton per tahun. Dari hasil tersebut, para nelayan kita dapat mengekspor hasil perikanannya sebesar 854.329 ton pada tahun 2007 dan meningkat sebanyak 4,76% yaitusebanyak 895.000 ton pada tahun 2008.

Beberapa tahun ke belakang ini dunia dihadapi masalah yang berat yaitu global warming. Hal tersebut secara langsung dapat mempengaruhi seluruh sistem kehidupan yang sedang berjalan ini. Memang, hal tersebut merupakan ulah manusia itu sendiri. Kita semua tau bahwa bumi ini pada awalnya berada dalam  posisi seimbang. Seiring dengan berjalannya kehidupan ini, manusia butuh sesuatu yang berasal dari bumi ini juga untuk memenui kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu bumi kita ini mengalami banyak pereubahan. Dan berdampak pada manusia itu sendiri.

Salah satu dampak dari ketidak seimbangan bumi ini yaitu dengan munculnya fenomena la nina dan el nino. Menurut sejarahnya fenomena la nina dan el nino ini adalah sebuah fenomena yang menyebabkan suhu permukaan laut yang biasanya dingin berubah menjadi panas. Fenomena itu dapat berdampak negatif untuk populasi yag terkena la nina dan elnino ini. Fenomena ini dapat mengakibatkan perairan di wilayah laut yang pada awalnya berada dalam taraf subur dan kaya akan sumber daya perikanannya menjadi sangat kurang sumberdaya perikanannya hal tersebut dikarenaka adanya pengaruh dari el nino. Arus tersebut dapat membawa nutrien – nutrien yang berada pada dasar laut ke permukaan laut.

Nutrien tersebut dapat membawa dampak positif dan negatif pada populasi ikan tersebut. Karena dengan adanya nutrien itu otomatis ikan nutrien – nutrien itu akan menjadi pakan bagi ikan di daerah tersebut. apabila konsumsi ikan itu meningkat maka secara otomatis pertumbuhan ikan juga akan cepat pula. jika pertumbuhan ikan itu semakin cepat maka siklus ikan tersbut pun akan cepat.

El nino ini akan terjadi apabila perairan yang lebih panas yang berada di pasifik tengah dan pasifik timur mengalami peningkatan suhu dan kelembaban pada atmosfer  yang berada di atasnya. Secara otomatis kejadian tersebut dapat mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Sedangkan di bagian barat samudra pasifik terjadi peningkatan tekanan udara. Peningkatan tekanan udara tersebut dapat menyebabkan terhambatnya awan di atas  lautan bagian timur indonesia. Oleh karena itu beberapa wilayah di Inodnesia mengalami penurunan curah hujan yang jauh dari normal.

Kita ketahui bahwa salah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan itu dengan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Untuk dapat berkembang dengan baik, ikan pada umumnya membutuhkan nutrien yang lengkap juga. Kebutuhan – kebutuhan gizi yang diperlukan oleh ikan tidak beda jauh dengan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia ataupun mahluk hidup lain, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral agar dapat melakukan proses fisiologi dan biokimia selama waktu hidupnya berlangsung.

Protein merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh ikan untuk menjaga sel-selnya agar tidak rusak, pembentukan jaringan, protein juga berguna untuk memulihkan jaringan tubuh ika yang sudah rusak. Untuk karbohidrat didalam tubuh ikan berfungsi sebagai sumber energi. Karbohidarat ini menjadi sangat penting, karena kelebihan energi dan kekurangan energi dapat berakibat negatif bagi pertumbuhan ikan,jika ikan kelebihan energi dalam pakannya tersebut maka ikan akan berhenti makan. Sebaliknya jika kelebihan energi dalam pakan maka ikan akan menggunakan protein untuk dapat memenuhi kebutuhan energinya. Padahal penggunaan protein sebagai sumber energi itu tidak efisien. Untuk vitamin, dalam yubuh ikan dipergynakan untuk pertumbuhan dan perawatan tubuh, serta untuk iakn bereproduksi. Jika ikan tersebut mengalami kekurangan vitamin maka ikan tersebut akan mudah terserang penyakit  dan perdarahan pada siripnya. Ikan membutukan 1% vitamin dari total komponen pakan yang diberikan. Sedangkan mineral dalam tubuh ikan berfungsi untuk pembentukan rangka, memelihara sistem koloid. Mineral juga merupakan komponen penting dari hormon dan enzim serta penting untuk aktivitas enzim juga.

Selain dampak positif dan dampak negatif yang telah disebutkan di atas el nino dan la nina ini dapat merugikan perikanan tambak dan perkembangan dengan metode jaring apung. Elnino dan la nina ini dapat menyebabkan terjadinya banjir yang besar. Banjir besar itu dapat mengakibatkan kerusakan pada tambak dan jaring apung itu dengan arusnya yang sangat besar. Tidak sedikit nelayan yang mengalami kerugian akibat adanya la nina dan el nino ini.

Jalesveva Jayamahe

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!

ALFIAN – kelautan 08

date

April 2024
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

pengunjung

  • 5,265 orang